Society 5.0 dalam Lensa Pembangunan Berkelanjutan

 

Ada suatu persamaan dan perbedaan antara konsep dan ruang lingkup yang dibicarakan dalam mindset industry 4.0 dan society 5.0, yakni bagaimana prediksi kehidupan antara manusia yang berdampingan dengan produk teknologi (seperti robot, AIcyber-physical system) semakin tak terelakkan. Akan tetapi Jepang telah memberikan jawaban atas konsep nasionalnya di dalam menghadapi hembusan industry 4.0 ini, dengan merepresentasikan Society 5.0 sebagai era di mana manusia tetap ditempatkan dalam posisi yang tidak harus “mengalah” dengan bahasa humanis di mana teknologi dapat menolong atau melengkapi manusia di dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak terbatas pada kalangan profesional maupun industri.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Ilustrasi visual yang disampaikan melalui video yang dapat diakses melalui kanal Youtube tersebut menunjukkan, bahwa teknologi akan dihadirkan di tengah masyarakat dalam aspek keseharian, kenyamanan saat berada, maupun ketika bepergian. Dengan konsep Super Smart Society ini, Jepang mencoba menyampaikan bahwa masyarakat akan disiapkan untuk dapat hidup berdampingan dengan teknologi secara merata, sehingga masyarakat diharapkan tetap memelihara rasa memiliki satu sama lain, menjaga hubungan yang baik antarsesama, melalui peranan teknologi yang mereka miliki dan diperuntukkan untuk semua kalangan. Dengan konsep ini pula, Jepang mencoba menjelaskan bahwa dengan keadaan demografisnya yang didominasi kalangan usia lanjut, mereka tetap menunjukkan optimis bahwa hubungan antarmanusia tetap menjadi dominasi di dalam menentukan identitas bangsanya ke depan. Bukan semata-mata menjadi follower dengan hembusan industry 4.0, tetapi Jepang menunjukkan diri bahwa mereka memainkan peranan juga sebagai leader dan siap bersaing di dunia internasional.

Dengan konsep Society 5.0, Jepang seolah menjelaskan pula bahwa faktor demografinya yang secara umum mungkin menjadi major concern, mampu dijawab oleh Jepang bahwa hal tersebut bukanlah menjadi penghalang bagi negaranya untuk terus maju dan berkembang. Jepang dengan ciri khas adat ke-Timur-annya mencoba menjelaskan kepada dunia, bahwa produktivitas dalam hal industri bukanlah satu-satunya yang menjadi perhatian mereka. Dengan konsep ini, Jepang menjelaskan konsep yang lebih holistik dan humanis bahwa perkembangan teknologi seharusnya memberikan solusi, bukan membuahkan kekhawatiran baru apalagi menjadi sesuatu hal yang dapat memberikan efek buruk bagi masyarakatnya, sebagaimana kekhawatiran pada pergeseran tenaga manusia dengan teknologi.

Sudah saatnya Indonesia lebih memperhatikan apa yang sebenarnya menjadi keluh kesah dan kebutuhan masyarakatnya di tengah perkembangan ekonomi yang telah mengalami fase baru akibat adanya pandemi Covid-19. Dengan segala keragaman di Indonesia, saya yakin Indonesia mampu menunjukkan kesiapannya di dalam memahamkan konsep baru industry 4.0  ini dengan lebih inklusif kepada masyarakat, sehingga kekhawatiran gap dalam hal hubungan manusia akibat pergeseran kebutuhan akan SDM menjadi sesuatu hal yang dapat dihindari.

Dengan berefleksi pada situasi di atas, kajian terhadap industry 4.0  ini rasanya menjadi sangat menarik jika dikaitkan dengan karakteristik suatu negara, khususnya terkait dengan masalah jumlah penduduk dan demografinya. Indonesia harus mempertimbangkan bahwa mungkin saja suatu hal cocok diterapkan di suatu negara, tetapi kurang atau tidak cocok diterapkan di negara lain. Di sinilah yang menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mencari jawaban sendiri (bukan semata-mata meniru kebijakan negara lain) dengan memahami segala potensi intrinsik dan ekstrinsik manusianya di dalam menjawab berbagai tantangan industry 4.0.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar di Jepang: Inspirasi Manajemen Sampah Rumah Tangga

BANGUNKAN NORMA UNTUK KEHIDUPAN

IT HAS NEVER BEEN LATE