IT HAS NEVER BEEN LATE


Ditemani dinginnya malam, beberapa hari terakhir ini aku habiskan waktu senggangku menulis buku perkuliahan di ruangan yang cukup luas. Kulihat cat putih mengisi dinding di dua sisi dan cat marun di satu sisi lainnya. Di dinding marun ini, kulihat menempel ORNAMEN KUPU-KUPU yang terbuat dari kayu dan diberi cat putih senada dengan cat tembok di kedua sisi yang lainnya itu. Sementara di dinding putihnya, kulihat FOTO KELUARGA di berbagai momen yang selalu membawaku termenung akan waktu.

“Sudah seperti apakah aku menggunakan waktu-waktuku?!”, lirihku dalam hati.


Sumber : Dokumentasi pribadi

Aku suka sekali dengan spot ini. Kulihat pula ornamen lain di dinding merah marun itu, masih dari bahan yang sama dan membentuk kata “Baiti Jannati”. Ketika sesekali mataku terasa lelah berjam-jam menatap LAPTOP, mataku akan otomatis tergerak menatap ke depan lalu secara spontan pasti tertuju ke tulisan tersebut. Aku akan otomatis pula termenung sebentar seolah otot-otot pikiranku kembali rileks setelah merasakan tremor karena berpikir terlalu dalam tentang detil bukuku yang kontennya memang berdasarkan data-data dan pembahasan ilmiah. Aku resapi sejenak kata mutiara di dinding itu. Aku recharge batinku dengan kata “Alhamdulillah”. Inilah berkahnya waktuku yang sudah aku komitmenkan secara penuh bagi keluarga.

Ketika otakku terasa kering tak mampu menggerakkan jari-jemariku untuk menari-nari di atas keyboard, aku sempatkan pula minum agar otakku kembali encer. GELAS yang aku biasa siapkan ada dua, yang satu berisi kopi dan satunya lagi berisi air putih.

Tak jarang pula aku ambil waktu beberapa menit untuk memikirkan agenda belajar anak. Maksud hati, ini adalah demi memperkuat pemahaman anak selama belajar daring. Kuraih BUKU agenda putih bercorak bunga-bunga itu dan kubiarkan PULPEN ini menari-nari menuliskannya. Inilah fenomena penulis multitasking dengan jari-jemarinya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini lahir begitu saja dalam sebuah sesi training penulisan yang pernah aku ikuti pada 11 Maret 2021 dengan kata kunci : FOTO KELUARGA-PULPEN-BUKU-LAPTOP-GELAS-ORNAMEN KUPU-KUPU

(Menulis tanpa ide)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar di Jepang: Inspirasi Manajemen Sampah Rumah Tangga

Gambar
Sungguh anugerah yang luar biasa dari Sang Maha Pencipta bahwa saya dapat mencicipi hampir 3 tahun menuntut ilmu di Jepang. Bagi saya, menuntut ilmu di luar negeri bukan saja hanya karena ingin melanjutkan pendidikan ke strata yang lebih tinggi. Lebih daripada itu, saya ingin mempelajari masyarakatnya sehingga negara itu dapat maju. Berdasarkan pengalaman saya selama belajar di Jepang, ternyata kemajuan suatu bangsa bukan saja berakar pada pemerintahan yang berwibawa serta amanah, melainkan ditunjang pula oleh kesadaran masyarakatnya yang kuat akan bagaimana caranya menjadi warga yang baik. Sepintas mungkin kalimat pembuka saya bersifat normatif. Akan tetapi, itulah kenyataan yang saya lihat di sana. Segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat Jepang selalu didasari oleh norma yang bermakna. Sumber : Dokumentasi pribadi Salah satu contoh rutinitas selama di Jepang yang menurut saya sangat inspiratif adalah manajemen sampah rumah tangga. Mungkin kita yang berada di Indonesia kadan...
Read more »

BANGUNKAN NORMA UNTUK KEHIDUPAN

Gambar
“Menyepelekan”, mungkin itu adalah salah satu kemungkinan yang kita rasakan jika mendengar jawaban seseorang yang kita tanya acak. Atau...pasti ada juga yang akan berkomentar sebaliknya, mungkin perlu diadakan sensus dan dibuat data statistiknya, jika ingin memperoleh data konkret tentang norma yang ada di masyarakat Indonesia. Sudah pernahkah kita mengevaluasinya? Atau, saya ubah saja pertanyaannya. Seberapa intenskah kita menganggap penting dari suatu norma. Sumber : Dokumentasi pribadi Mungkin dokumentasi pribadi saya ini, pernah ada juga yang mengamatinya. Lalu, berapakah dari kita yang ketika bertanya pada diri sendiri kemudian merasa risih dan tak nyaman dengan pemandangan tersebut. Bukankah akan lebih elok ketika setelah kantong belanja dinaikkan ke dalam mobil, bisa saja sang pembeli mengembalikan troli ke tempatnya yang telah disedi a kan oleh pengelola? Atau, mudahnya cukup geserkan troli tersebut ke tempat aman yang tidak akan menghalangi jalan masuk mobil yang akan park...
Read more »